Aku mulai kehilangan ketertarikanku pada manusia, kepada kehidupan mereka, pemikiran mereka, dan segala tindakan yang mereka lakukan. Ada seseorang yang pernah berkata kepadaku. Jika lebih baik mempelajari satu manusia darpada 100 buah buku. Tapi. Tapi aku tidak menginkan buku maupun manusia. mereka membuatku menderita. tak satupun dari mereka berbicara kepadaku seperti malam, Seperti bintang. maupun angin yang membelai. Malam datang dengan berlahan, lembut mendamaikanku saat aku berbaring dibawah pohon. Dia datang merayap, merayap diam diam keluar dari lembah. Dia pikir aku tidak memperhatikannya. Dan garis garis pohon dan dedaunan yang di dekatnya menyatu dalam satu massa hitam dan malam datan menyelinap keluar dai mereka juga. Dari timur, barat hingga satu satunya cahaya ada di langit, Menyaring melalui daun dan binrang melihat kebawah melalui tiap celahnya.. Malam itu khidmat. Dan itu penuh misteri.. Bentuk bentuk manusia samar berlalu lalang seperti benda yang tak berwujud. Beberapa menyelinap seperti tikus tikus kecil untuk melihatku. Aku tidak keberatan, Aku tidak keberatan seluruh keberadaanku di serahkan kepada pesona malam yang menenangkan dan menusuk.. Sekelompok jangkrik mulai menyanyikan lagu tidur mereka. Sungguh betapa bijaknya. Mereka tidak berceloteh banyak seperti manusia. Mereka hanya berkata, Tidur. Tidurlah.. Angin menggoyangkan dedauan seperti memberi suara latar nyanyian jangkrik. Aku merasakan getaran, Getaran cinta yang begitu hangat. Buaiyan mereka menarik kelopak mataku dengan berlahan. Semua sendi dan tulangku tak satupun dari mereka yang berontak. Otakku, Pikiranku, dan khayalanku terdiam. Kosong.. Aku berserah diri malam itu. Entah, entah apa esok aku bisa membuka mataku lagi.. Makan sambil berdongeng dengan judul "Malam Datang dengan berlahan" Disadur dan di modifikasi dari The Night Cams Slowly - Cate Cophin
Komentar
Posting Komentar