Langsung ke konten utama

Malam datang berlahan, sebuah dongeng sambil makan

 


Aku mulai kehilangan ketertarikanku pada manusia, kepada kehidupan mereka, pemikiran mereka, dan segala tindakan yang mereka lakukan. Ada seseorang yang pernah berkata kepadaku. Jika lebih baik mempelajari satu manusia darpada 100 buah buku. Tapi. Tapi aku tidak menginkan buku maupun manusia. mereka membuatku menderita. tak satupun dari mereka berbicara kepadaku seperti malam, Seperti bintang. maupun angin yang membelai. Malam datang dengan berlahan, lembut mendamaikanku saat aku berbaring dibawah pohon. Dia datang merayap, merayap diam diam keluar dari lembah. Dia pikir aku tidak memperhatikannya. Dan garis garis pohon dan dedaunan yang di dekatnya menyatu dalam satu massa hitam dan malam datan menyelinap keluar dai mereka juga. Dari timur, barat hingga satu satunya cahaya ada di langit, Menyaring melalui daun dan binrang melihat kebawah melalui tiap celahnya.. Malam itu khidmat. Dan itu penuh misteri.. Bentuk bentuk manusia samar berlalu lalang seperti benda yang tak berwujud. Beberapa menyelinap seperti tikus tikus kecil untuk melihatku. Aku tidak keberatan, Aku tidak keberatan seluruh keberadaanku di serahkan kepada pesona malam yang menenangkan dan menusuk.. Sekelompok jangkrik mulai menyanyikan lagu tidur mereka. Sungguh betapa bijaknya. Mereka tidak berceloteh banyak seperti manusia. Mereka hanya berkata, Tidur. Tidurlah.. Angin menggoyangkan dedauan seperti memberi suara latar nyanyian jangkrik. Aku merasakan getaran, Getaran cinta yang begitu hangat. Buaiyan mereka menarik kelopak mataku dengan berlahan. Semua sendi dan tulangku tak satupun dari mereka yang berontak. Otakku, Pikiranku, dan khayalanku terdiam. Kosong.. Aku berserah diri malam itu. Entah, entah apa esok aku bisa membuka mataku lagi.. Makan sambil berdongeng dengan judul "Malam Datang dengan berlahan" Disadur dan di modifikasi dari The Night Cams Slowly - Cate Cophin

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mendut, Jajanan Khas AJwa tengah dengan isian kelapa parut

  Jajan mendut adalah salah satu kue tradisional khas Jawa Tengah, khususnya daerah Temanggung. Kue ini memiliki tekstur yang lembut dan kenyal, terbuat dari adonan tepung ketan yang dibungkus dengan daun pisang. Ciri-ciri Jajan Mendut: Bahan utama: Tepung ketan, santan, gula merah, kelapa parut, dan daun pisang. Bentuk: Biasanya berbentuk bulat atau lonjong, dibungkus rapat dengan daun pisang. Isi: Biasanya berisi unti kelapa yang manis dan gurih. Rasa: Manis dan gurih, dengan tekstur yang lembut dan kenyal. Warna: Seringkali diberi warna alami seperti merah muda atau hijau menggunakan pewarna makanan alami seperti daun pandan. Proses pembuatan: Adonan tepung ketan dikukus hingga matang. Adonan dibentuk bulat atau lonjong, lalu diisi dengan unti kelapa. Bungkus dengan daun pisang. Kukus kembali hingga matang sempurna. Keunikan Jajan Mendut: Khas Jawa Tengah: Mendut merupakan jajanan yang sangat erat kaitannya dengan budaya Jawa Tengah, seringkali disajikan dalam ...

Hubungan ayam rica rica dengan bangsa spanyol

  Ayam rica-rica adalah salah satu hidangan khas Indonesia yang berasal dari Minahasa, Sulawesi Utara . Nama "rica-rica" sendiri berasal dari bahasa Manado yang berarti "pedas" atau "cabai". Rasa pedas yang khas ini menjadi ciri khas dari hidangan ini dan membuatnya begitu digemari oleh banyak orang. Ada beberapa teori mengenai asal-usul ayam rica-rica. Salah satu teori yang paling populer adalah tentang pengaruh budaya asing, khususnya Spanyol . Pada abad ke-16, bangsa Spanyol pernah menjajah wilayah Sulawesi Utara. Interaksi antara masyarakat Minahasa dengan bangsa Spanyol dipercaya membawa pengaruh pada kuliner lokal, termasuk penggunaan rempah-rempah yang lebih beragam dan teknik memasak yang baru. Cabai bukanlah tanaman asli Indonesia, melainkan berasal dari Amerika. Kemungkinan besar, cabai dibawa oleh bangsa Spanyol dan kemudian dibudidayakan di wilayah Minahasa. Perpaduan antara cabai dengan rempah-rempah lokal seperti kemiri, kunyit, dan bawang m...